DJALAPAKSINEWS : Ungaran - Pulau Jawa tidak dapat dipungkiri mendominasi produksi pangan terbesar di Indonesia, setidaknya untuk komoditas pangan strategis padi, jagung, dan kedelai (PAJALE).
Sebagai ilustrasi, produksi padi di Pulau Jawa pada tahun 2023 adalah sebesar 29,51 juta ton, atau 54,67 persen dari produksi padi nasional sebesar 53,98 juta ton GKG. Untuk jagung sebesar 8,14 juta ton, atau 56,29 persen dari produksi jagung nasional sebesar 14,46 juta ton pipil kering. Sedangkan kedelai pada tahun 2022 adalah sebesar 174.98 ton (minus Banten) atau 58,13 persen dari produksi nasional sebesar 301 ribu ton. Tentu produksi tertinggi dihasilkan oleh tiga provinsi terbesar di Pulau Jawa, yakni provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Bisa jadi bukan hanya produksi pangan strategis saja, jumlah petani dan petugas teknis lapangan terutama Penyuluh Pertanian (PP) juga lebih banyak jika dibandingkan dengan di luar Pulau Jawa.
Kondisi ini mengharuskan pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI menggunakan pendekatan berbeda dalam meningkatkan produksi pangan, baik melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian. Dulu di tahun 2015 hingga 2018 pernah digulirkan program upaya khusus (UPSUS) PAJALE di sentra padi, jagung dan kedelai. Program ini jika dimungkinkan perlu dilanjutkan dan dikembangkan dengan perbaikan atau penajaman dalam penerapan di lapangan.
Dengan lahan pertanian produktif yang menurun setiap tahun karena alih fungsi ke non pertanian, arah peningkatan produksi pangan di Pulau Jawa sebaiknya dilakukan pada upaya untuk meningkatkan produktivitas (provita) dan peningkatan indeks pertanaman (IP). Untuk itu, dukungan penyediaan sumber daya produksi pertanian seperti alat dan mesin pertanian, benih unggul bersertifikat, pupuk dan obat-obatan yang memadai menjadi suatu keharusan. Tidak kalah pentingnya adalah dukungan penguatan modal usaha, penyediaan teknologi pertanian modern, peningkatan kemampuan SDM pertanian dan kepastian pasar (harga jual) hasil pertanian. Untuk program ekstensifikasi pertanian, dapat dilakukan dengan mengoptimalkan keberadaan lahan-lahan sub optimal, lahan-lahan tidur, bangunan-bangunan penangkap air dan pengembangan kegiatan pompanisasi.
Hal penting lain dan menjadi tantangan dalam peningkatan produksi pangan di Pulau Jawa adalah soal alih fungsi dan degradasi lahan, perubahan iklim global ekstrem dan dinamika fenomena El Nino dan La Nina, dominasi petani dengan usia lanjut (baby boomers) yang mempengaruhi produktivitas usaha tani, kecilnya skala usaha tani serta keengganan generasi muda untuk menggeluti lapangan usaha pertanian. Tantangan ini harus dapat diubah menjadi sebuah peluang oleh pelaksana dan pelaku pembangunan pertanian serta para pihak lain dengan kerja keras, tuntas dan ikhlas, sehingga target swasembada pangan berkelanjutan dapat diwujudkan.
Demikian naskah berita artikel mengenai dominasi Pulau Jawa dalam produksi pangan dan strategi peningkatan produksi yang perlu dilakukan. Semoga bermanfaat.
Oleh: Asikin Chalifah
》Ketua DPW PERHIPTANI DIY
》Komisi Teknis OKKPD DIY
Editor IT: mangpujan